Keluar Dari Kotak, Tapi Jangan Terkotak-kotak


Sedang Mahkota Dewa saja, keluar dari Kotaknya

Selamat pagi semua. Pagi ini indah seperti pagi yang biasanya. Dalam keindahan pagi ini saya leyeh-leyeh dulu di beranda belakang sambil memperhatikan Tanaman Mahkota Dewa saya. Di luar sana, matahari sudah setinggi pohon kelapa. Itu pohon kelapa tetangga depan rumah saya. Apalagi........., ngopi sudah, sarapan sudah, bagaimana dengan anda ? Kalau belum hayo ngopi atau ngeteh dulu, biar segar.

Pagi ini, sambil tadi mengutak-atik award dari seorang teman, Fanda namanya, secara tidak sengaja saya menemukan blog seorang teman juga, saya lupa namanya. Yaitu blog tentang gerakan melindungi kaum perempuan dari kejahatan, katanya. Senang saja membacanya. Sebentar lagi saya ceritakan pandangan saya ya. Saya mau ke tukang sayur sebentar, suaranya barusan memanggil saya.

Ah, saya sudah kembali. Ya tentang Gerakan Melindungi Kaum Perempuan. Perempuan itu kaum saya lho (hihi, kadang-kadang saya lupa kalau saya ini perempuan). Dengan keterbatasan saya memaknai hakekat kemanusiaan ini, saya jujur saja katakan bahwa saya tidak begitu suka dengan ide mengkotak-kotakkan manusia, ini kaum lelaki, ini kaum perempuan. Sebentar, apa yang saya tulis disini, ini sepenuhnya pandangan pribadi saya (hasil perenungan hidup sampai dengan sekarang ini), jadi kalau ada yang tidak berkenan, saya mohon maaf. Dengan tidak mengurangi makna persahabatan, kadang-kadang kita memang harus berbeda, kalau sama terus latah namanya, hehe.

Ya kembali ke soal kenapa saya tidak suka mengkotak-kotakkan dunia tadi, mungkin karena saya bosan dengan segala kekacauan di dunia ini ini, saya ingin dunia ini damai-damai saja. Mengkotak-kotakkan dunia dengan kelompok kaum perempuan, kaum lelaki, walaupun perempuan dan lelaki itu memang berbeda, hanya menimbulkan gap saja. Memandang perempuan sebagai kaum lemah yang harus dilindungi (Siapakah sebetulnya yang menggembar-gemborkan bahwa perempuan adalah kaum yang lemah...???) adalah tindakan menghina kaum saya. Sama seperti tidak sukanya saya kalau ada yang bilang lelaki itu kebanyakan ganteng semua, baik semua, atau jahat, suka menindas, dll. Kenyataannya di luar sana perempuan yang kelakuannya bejat tidak kurang-kurang banyaknya, perempuan yang menindas kaumnya sendiri bejibun, lelaki yang jahat dan penindas juga sama banyaknya. Jahat atau penindas adalah persoalan kematangan jiwa, menyangkut moral seseorang, sama sekali bukan soal dia perempuan atau lelaki. Jadi keluar dong dari kotak yang seperti itu, dan ingat jangan terkotak-kotak. RA. Kartini melakukan gerakan menyadarkan kaumnya, saya yakin bukan dengan ide mengkotak-kotakakn dunia. Beliau tulus ingin memberdayakan kaum perempuan di desanya. Mungkin orang-orang saja yang jadi latah salah mengartikan perjuangan beliau.

Kita lihat saja funding-funding/organisasi Perlindungan Kaum Wanita yang berserakan di dunia ini apakah sudah optimal hasilnya?. Saya yakin banyak mungkin ada yang sudah optimal, tapi lebih banyak lagi yang belum. Yang jelas kejahatan terhadap wanita (juga terhadap lelaki) tidak berkurang. Kenapa begitu...?? ya kita renungkan saja. saya sering jadi kecewa, karena kebanyakan organisasi tersebut kehilanganh esensi sebenarnya dari Gerakan melindungi tersebut. Ujung-ujungnya rupanya melindungi kantongnya sendiri, akhirnya kaum perempuan tetap saja kondisinya, yang merasa tertindas masih banyak, yang lemah (tepatnya melemahkan dirinya sendiri) masih banyak. Sungguh fakta yang membuat miris.

Selamat pagi lagi kawan. Inilah pesan saya pagi ini, keluarlah dari kotak anda, tapi jangan terkotak-kotak. Asli saya memang tidak suka mengkotak-kotakkan dunia dalam kelompok kaum perempuan, kaum lelaki, juga mengkotakkan dunia ini menjadi kelompok-kelompok yang lain (yang ini kita bahas lain waktu saja). Setiap manusia baik lelaki maupun perempuannya sama saja derajatnya di mata Allah SWT (bagi yang beragama lain harap ini dibaca "Tuhan" saja), yang dinilai adalah amal perbuatannya. Ini saja patokan saya. Jelas saya lebih percaya Tuhan saya dibandingkan siapapun yang sering mengatas namakan Tuhan dan bawa-bawa hadist yang itu-itu juga (ups no offense). Saya yakin Tuhan yang manapun pasti mengajarkan esensi kebersahajaan kemanusiaan yang seperti ini. Bagaimana pendapat anda, mari kita berbagi disini. Saya tunggu komentar anda sambil meneruskan kegiatan saya lagi, memasak.

Comments

  1. S7 dah...apalagi dlm suanasa pemilu legislatif ini, diharapkan stelah masukin surat suara ke dlam Kotak, dan keluar dari bilik, qta jangan sampai terkotak-kotak,Perbedaan adalah rahmat, mari bersatu membangun negeri ini menuju indonesia yg damai dan sejahtera.....

    ReplyDelete
  2. Halo, cepat bener mas Tidore. Terimakasih atas komennya, juga atas kesetujuannya. Ya memang tidak baik terkotak-kotak, cuma menimbulkan perpecahan.

    ReplyDelete
  3. lebih baik pakai baju kotak2 drpada suka mengkotak2-an hingga jadinya kita terkotak2...
    kotak2 terlihat bagus asal tdk mengkotak kotakan....

    Hayooo..sapa yg senang kotak2??.......

    ps: mbk, tulisannya inspiratif, boleh ya blog ini aku link...
    makasih...^_^

    ReplyDelete
  4. @Mbak Tisti, hehehe, yep setuju. Termakasih atas komentarnya.

    ReplyDelete
  5. Mahkota Dewa boleh makan kah buah nya?

    ReplyDelete
  6. @Zumairi, rasanya pahit. Buahnya digunakan sebagai obat, stelah diiris tipis dan dikeringkan, diseduh air hangat/direbus,lalu diminum. Konon menyembuhkan berbagai penyakit seperti Diabetes Melitus (penyakit gula darah), tumor, asam urat, tekanan darah tinggi. Tapi tidak dianjurkan bagi wanita yang sedang hamil, katanya. Awardnya di artikel berjudul "That's What Friend Are For..."

    ReplyDelete
  7. Siiip, mbak Elly! Setuju jangan berkotak2 lebih baik makan otak2 ya mbak Elly,hehehe..

    ReplyDelete
  8. Assalamualaikum mbak elly... yups setuju dengan mbak elly. win juga nggak suka kalo sesama manusia suka mengkotak-kotakkan sesamanya.
    dan maaf mbak, kalo mbak nulis di shoutmix saya kenapa saya larinya malah ke email dari microsoft outlock yah. pengennya sih langsung cling.... berdiri tegak di pintu rumah dan kalo yg punya rumah udah bukain pintu bsa duduk manis dan berbagi cerita

    salam dari kupu-kupu cute...

    ReplyDelete
  9. @JengSri, hihihi, yep terimakasih komentarnya. Setuju, otak2 emang paling maknyus setelah pempek (tau aja makanan enak si jeng ini).

    @Dwina, terimakasih sdh hinggap lg dgn komentarnya disini. Iya sy jg bingung knp id sy di shoutmix kl dibuka larinya ke Gmail, tisti jg meengalami hal ini. Sy sdg cari jln pemecahannya. Temans, ada yg tau gak ya cr membereskannya...!!???

    ReplyDelete

Post a Comment

Tulisan hasil kontemplasi. Mohon maaf, komentarmu perlu saya cerna dulu untuk menghindari riweh dan tidak spam. Terimakasih.