Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai sedang merokok nipah di sudut garang rumah panggung tua.
Nyai sedang terbungkuk menanam padi di sawah.
Seorang anak kecil yang sedang liburan sekolah memperhatikan kembang jambu jatuh ke tanah.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai tetap merokok di garang sambil menyesali penyakitnya, tatapannya tak lari dari nyai yang sedang di sawah.
Nyai masih membungkuk di sawah, sambil teringat ia harus cepat pulang untuk memasak di rumah.
Si anak kecil sudah naik ke garang meminta sang Yai bercerita tentang kisah si Pahit Lidah.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai terperangah saat melihat betapa cantiknya nyai menunju rumah dengan helaian sari kembang jambu jatuh menimpa wajah bulatnya.
Nyai tersenyum pada yai, senyumnya indah dan ikhlas membuat yai menangis lagi di dalam dada.
Si anak kecil tertawa lepas, tawa lugu memandang yai dan nyainya saling tersenyum.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai melepaskan rokoknya demi mendengarkan panggilan nyai, makan siang sudah tiba.
Nyai sudah menanti di dalam rumah dengan hidangan yang sudah siap tergelar di tikar pandan.
Si anak kecil kembali dengan ceria lugunya lebih dulu menyendok nasi ke pinggan.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai, nyai dan si anak kecil makan siang dengan lahapnya, sementara paman dan bibi sedang asyik bekerja dan bersekolah di kota. Kisah ini tak hapus di benak sang anak kecil sampai saat ini, saat kembang jambu itu masih terus jatuh ke tanah. Ingatan kepada betapa Yai dan nyai saling mencinta, saling menghormati dan saling berkorban begitu kuat. Air matanya menetes dan kembang jambu itu juga mengiringi dengan jatuh ke tanah...........
Yai sedang merokok nipah di sudut garang rumah panggung tua.
Nyai sedang terbungkuk menanam padi di sawah.
Seorang anak kecil yang sedang liburan sekolah memperhatikan kembang jambu jatuh ke tanah.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai tetap merokok di garang sambil menyesali penyakitnya, tatapannya tak lari dari nyai yang sedang di sawah.
Nyai masih membungkuk di sawah, sambil teringat ia harus cepat pulang untuk memasak di rumah.
Si anak kecil sudah naik ke garang meminta sang Yai bercerita tentang kisah si Pahit Lidah.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai terperangah saat melihat betapa cantiknya nyai menunju rumah dengan helaian sari kembang jambu jatuh menimpa wajah bulatnya.
Nyai tersenyum pada yai, senyumnya indah dan ikhlas membuat yai menangis lagi di dalam dada.
Si anak kecil tertawa lepas, tawa lugu memandang yai dan nyainya saling tersenyum.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai melepaskan rokoknya demi mendengarkan panggilan nyai, makan siang sudah tiba.
Nyai sudah menanti di dalam rumah dengan hidangan yang sudah siap tergelar di tikar pandan.
Si anak kecil kembali dengan ceria lugunya lebih dulu menyendok nasi ke pinggan.
Kembang jambu jatuh ke tanah..........
Yai, nyai dan si anak kecil makan siang dengan lahapnya, sementara paman dan bibi sedang asyik bekerja dan bersekolah di kota. Kisah ini tak hapus di benak sang anak kecil sampai saat ini, saat kembang jambu itu masih terus jatuh ke tanah. Ingatan kepada betapa Yai dan nyai saling mencinta, saling menghormati dan saling berkorban begitu kuat. Air matanya menetes dan kembang jambu itu juga mengiringi dengan jatuh ke tanah...........
Sedikit keterangan :
- Yai, Kakek, dalam bahasa beberapa daerah di Sumatera Selatan
- Nyai, Nenek dalam bahasa beberapa daerah di Sumatera Selatan
- Garang, Sebutan untuk beranda rumah panggung di Sumatera Selatan
- Si Pahit Lidah, Legenda masyarakat Sumatera Selatan, lebih lengkap klik disini
- Gambar, diambil dari www.bloggaul.com
orang-orang sederhana dengan cinta putihnya..
ReplyDeleteni apa seh...bingung aku sob...
ReplyDeleteKembang jambu jatuh ke tanah...
ReplyDeleteaku seakan melihat kembang jambu berwarna putih mulus itu gugur satu2 dan menghiasi halaman rumah nyai dan yai...
-tulisan kamu sangat bagus...
:D manis..
ReplyDeletemaaf mampir dulu neh...belum baca...ntar bacanya ya mbak...lagi terburu buru,,hhehhe
ReplyDeletebiasanya seorang anak akan melihat apa yg dilakukan orang dewasa dan menirunya setelah ia besar. so...berhati2lah dalam bersikap terutama di hadapan seorang anak kecil.
ReplyDeleteAllohu akbar...indahnya.....muantab mbak...
ReplyDeletejadi kangen dengan kampung halaman..kembang jambu..dulu aq sering main di bawah pohon jambu..jika...rindu aq rindu
ReplyDeleteSubhanallah, maha suci Allah yang telah menganugerahkan cinta kepada hamba-Nya.
ReplyDeletekok aku jadi gak melihat kembang jambunya yang indah ya mbak, tapi aku melihat kisah dan kata-katanya yang indah....
ReplyDeleteWow ....what a romantic story ..ternyata keindahan dan kebesaran cinta begitu menyatu dengan alam.
ReplyDeletenice poem ..
@all, thanks for all your comments. Mas Yudie, iya keindahannya ada di memori si anak kecil (yang sekarang sudah tidak kecil lagi) itu. Baginya ada memori tersendiri saat melihat kembang jambu jatuh ke tanah. Cari gambar yang pas tidak ketemu, adanya gambar itu. Ya sudah dipasang saja, kalau mas Yudie kira-kira ada gambar batang jambu dengan helaian sarinya jatuh ke tanah, kasih ke saya dong......
ReplyDeletewaahhh susah mbak Elly... disini beton semua ama gedung2 tinggi aja...heheheeh..sok kota yaaaa...
ReplyDelete@JengSri, wah yang nomor tiga yaaaa...
ReplyDelete@Yudie, hehe. Si anak kecil itu sudah sebulan yang lalu melihat kembang jambunya jatuh lagi ke tanah, waktu itu lupa dia foto. Entah kenapa sekarang memorinya kembali lagi pada kisah kembang jambu itu, mungkin karena baru nyekar hari minggu yang lalu.
Bagus nih cara penyampaiannya.... Sayang sudah jarang lihat kembang jambu nih...
ReplyDeletecinta suci nan tulus seperti putih bunga jambu...
ReplyDeletepertamanya agak susah fahamnya.... ternyata banyak juga perbedaan2nya ma disini ..tapia akhirnya nangkap juga, da penjelsannya diakhir
ReplyDeletesepertinya ini cerita mba newsoul sewaktu kecil ya :)
ReplyDeleteseru nih, menikmati kebersamaan bersama nenek sma kakek ya ?
duh damaiiiii aja, sederhana tapi tentrammmmm. hidup nyaman.
ReplyDeleteArtikelnya Penuh makna...kesederhanaan dalam hidup tapi penuh kebahagian...
ReplyDeleteIndah sekali kisah hidup yang dipenuhi cinta...Kembang jambu-pun akan nampak sangat indah
ReplyDeletesepertinya pengalaman pribadi ya bu? hmmmmmm
ReplyDeletekisah memory masa kecil....memang indah kalau diingat lagi
Hmmmmm,
ReplyDeleteMoga akupun bisa seperti Yai dan Nyai.
Kalu jawa kaki-kaki Nini-nini..
Kempot kalau ketawa lucu....
kalau kembang jambunya jatuh kekapal...bisa-bisa dikira uban tumbuh mendadak Mbak....
ReplyDeleteAku sepertinya sedang membaca sebuah karya sastra lama yang untaian katanya tersusun begitu indah.
ReplyDeleteBilakah kembang jambu jatuh ke tanah ??
@all, terimakasih komentarnya. Air mata si anak kecil itu nyata, setiap kali ia melihat kembang jambu jatuh ke tanah air matanya menetes. Bukan karena bersedih, hanya karena terharu dan ingat masa kecilnya (saat liburan sekolah ke tempat kakek-nenek). Dan bang Iwan, anak kecil itu memang penyuka sastra, dan ini sastra dalam jiwanya, milik jiwanya. Salam dari si anak kecil itu ya.
ReplyDeletebegitu indah ya cerita kehidupan orang2 jaman dahulu...., kederhanaan yang membawa berkah kehidupan.
ReplyDeletebagus...seakan mendalami sebuah karya sastra yang menawan,,dan memang benar menawan...
ReplyDeletedapat kamus baru dalam bahasa sumatera selatan, semoga semakin banyak karya sastra dengan menggunakan bahasa daerah, kita wajib melestarikannya
ReplyDeleteHuuuuuuh...nice post sobat...
ReplyDeleteTerhauuu...
bukan ke ibu bapa yg mencorak anak nya?
ReplyDeletewhat love is...
ReplyDeletemencintai dengan ikhlas enak yah... tanpa basa basi... *ha ada hubungannya gak sih maksutku ini...*
Akuterharu juga terkesan moga jadi motifasi bersama
ReplyDeletehmm..tulisan yang mantap bu...dengan ilustrasi yang membuat berpikir, tapi bisa terpahami
ReplyDeleteapakah si anak kecil itu mbak elly?
ReplyDeletebagi saya, bau roti selalu menimbulkan kenangan tentang ayah dan masa kecilku. saat dia memangku, dan saya menciumi tangannya. entah kenapa tangannya selalu saja berbau roti...hehehe